Sabtu, 11 Mei 2013

DASAR-DASAR PERCAKAPAN YANG BERHASIL




DASAR-DASAR PERCAKAPAN YANG BERHASIL
·          1. Kejujuran
2. Sikap yang benar 
3. Minat terhadap orang lain
·          4. Membuka diri sendiri

bicara-satu-satuMenurut Larry King “orang sukses adalah pembicara yang sukses dan sebaliknya. Adakah orang sukses yang tidak dapat mengekspresikan dirinya? Jawabannya adalah nihil. Mungkin mereka tidak pandai ngobrol atau mungkin tidak dapat bicara di depan umum, tetapi mereka cukup berbicara dalam suasana sosial  cukup berbeda, untuk meraih kesuksesan. Untuk sebagian orang berbicara di depan umum bukan mejadi hal yang mudah, tak heran kalau seseorang mengangap bicara adalah momok yang sangat menakutkan dan memalukan, malah menjadikan orang gugup ketika disuruh berbicara sehingga sering terjadi kesleo lidah, dan menjadi terpleset kata. Mereka itu hanya orang-orang yang takut berbicara karena takut salah, atau takut salah untuk mengatakan hal yang benar.
Tidak ada yang mengatakan Harry Truman sebagai orator ulung, tapi banyak yang mengganggapnya presiden hebat. Ia adalah pembicara yag baik dalam urusan politik. Ia bukan pembicara yang memikat, tetapi merupakan komunikator yang baik, karena ia berusaha agar pembicaranya mudah dipahami. Ia tidak teoritis, tetapi mampu meluncurkan gagasan yang jelas dan langsung.
Tetapi kebanyakan yang paling penting untuk kita adalah mengefektifkan percakapan sehari-hari, entah dalam kehidupan sehari-hari, atau di ruang publik.
Tak ubahnya seorang pembelajar yang mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda. Berbicarapun sama, seseorang mempunyai gaya berbicara sendiri-sendiri. Seseorang dapat menilai dan memberikan gambaran bahwa gaya bicara orang berbeda-beda, tetapi masing-masing mempunyai karakteristik tersendiri, dan mengomentari apakah gaya berbicaranya cocok atau tidak dengan vocal pembicara. Berbicara adalah hal yang simple sebenarnya berbicara menggunakan otak, lakukan dengan enjoy, mengikuti zaman, jangan berpikir negatif, mengembangkan unsur-unsur yang ada seperti warna suara, penyampaian, dan penampilan (performance), dan sikap komunikator.
bicara-satu-satuAnggap lah berbicara adalah kesempatan. Tak usah enggan untuk berbicra ingat pepatah: “Jika anda tidak merasa ahli berbicara maka yakinlah bahwa anda akan ahli berbicara, namun jika anda merasa pandai berbicara maka anda dapat melakukan lebih baik”. Terus berlatih dan kembangkan kemampuan berbicara di mulai berbicara yang sederhana, dan memperhatikan orang bicara adalah salah satu media untuk belajar menjadi pembicara yang baik dan dapat lebih dinikmati.
Berbicara itu seperti bermain golf, mengendarai mobil, atau mengelola toko – semakin sering melakukannya, semakin mahir Anda jadinya, dan semakin senang Anda melakukannya. Tetapi Anda harus mengetahui dasar-dasarnya terlebih dulu.
Saya beruntung telah mencapai suatu tingkat keberhasilan dalam berbicara. Barangkali saat membaca buku ini, Anda akan berpikir dalam hati, “Oh, jelas – dia dapat mengatakan berbicara itu menyenangkan. Dia senang melakukannya.”
Memang benar, berbicara merupakan bakat alami bagi saya, tapi bukankah mereka yang mempunyai kemampuan alami untuk suatu hal pun harus berusaha mengembangkannya? Yaitu mengubah bakat menjadi keahlian. Ted Williams, pemukul bisbol terbesar yang dikarunia bakat alami lebih daripada siapa pun, mati-matian berlatih seperti orang-orang lain. Luciano Pavarotti dilahirkan dengan suara indah, tetapi ia tetap belajar menyanyi.
Saya mempunyai satu bakat alami, dan kecenderungan, untuk berbicara. Tetapi saya pernah mengalami begitu banyak kejadian di mana berbicara tidaklah mudah.
DEBUT SAYA YANG GAGAL
Kalau Anda pernah menikmati sebuah stasiun radio di Miami Beach 37 tahun yang lalu dan menjadi saksi hari pertama saya siaran, Anda akan keheranan bahwa saya bisa bertahan, dan cukup berhasil, sebagai pembicara profesional.
Itu terjadi di stasiun WAHR, sebuah stasiun kecil berseberangan dengan kantor polisi, di First Street, dekat Washington, di pagi hari tanggal 1 Mei 1957. Tiga minggu saya berada di sana, berputar-putar, berharap dapat masuk ke dunia radio impian saya. General manager stasiun itu, Marshall Simmonds, mengatakan ia menyukai suara saya (padahal kata orang lain saya tidak dapat mengandalkannya), tapi ia tidak mempunyai lowongan. Saya tidak menjadi kecil hati. Saya bertekad akan mempergunakan kans saya, dan itu saya katakan padanya. Katanya boleh saja. Kalau saya masih berminat, saya akan mendapat pekerjaan begitu ada lowongan. Saya baru saja keluar dari Brooklyn, dan saya dapat tinggal bersama paman saya Jack dan istrinya di sebuah apartemen kecil dekat stasiun itu, sambil menunggu kesempatan. Saya tidak mempunyai uang, sekadar berteduh di rumah paman saya saja. Setiap hari saya datang ke stasiun itu, mengamati para disc jockey (DJ) yang sedang siaran, penyiar yang membacakan berita, dan penyiar olahraga yang memberikan hasil-hasil pertandingan olahraga. bicara-satu-satu
Saya perhatikan dengan penuh kekaguman kisah-kisah langsung dari AP (American Press) dan UPI (United Press International). Saya tulis beberapa cerita pende, berharap seseorang mau mengudarakannya. Tiba-tiba, setelah tiga minggu, seorang DJ yang bertugas pagi hari keluar. Marshall memanggil saya ke kantornya di hari Jumat, dan memberitahu bahwa saya mendapat pekerjaan, mulai Senin pagi jam sembilan. Saya memperoleh lim puluh lima dolar seminggu. Saya mengudara dari jam sembilan sampai sore, Senin sampai Jumat. Sore hari saya mengerjakan siaran berita dan siaran olahraga sampai selesai jam lima. Mimpi saya menjadi kenyataan! Tidak hanya bekerja di radio – saya akan mengudara selama tiga jam setiap pagi, plus setengah lusin kali atau lebih di sore harinya. Saya akan mengudara sesering Arthur Godfrey, superstar CBS itu.
Saya tidak tidur sepanjang akhir minggu itu. Saya terus melatih kata-kata yang akan saya ucapkan di radio. Jam delapan tiga puluh di hari pertama saya, saya seperti keranjang basket. Saya minum kopi dan air untuk mulut dan kerongkongan saya yang kekeringan. Saya membawa rekaman theme song saya, Swingin’ Down the Lane-nya Les Elgart, siap memasangnya begitu saya masuk ke studio. Saat itu saya semakin gugup saja. Kemudian Marshall Simmonds memanggil saya ke kantornya untuk memberikan ucapan selamat. Setelah saya mengucapkan terima kasih kepadanya, ia bertanya, “Nama apa yang akan kaupakai?”
Kata saya, “Apa maksud Anda?”
“Yah, kau tidak dapat memakai Larry Zeiger. Ini soal etnik. Orang tidak akan dapat mengeja atau mengingatnya. Kau perlu nama yang bagus. Kau tidak akan memakai Larry Zieger.”
Ia membuka Miami Herald di mejanya. Di situ ada sehalaman penuh King’s Wholesale Liquors. Marshall menunduk, lalu berkata, “Bagaimana jika Larry King?”
“Oke.”
“Baiklah. Itulah namamu – Larry King. Kau membawakan The Larry King Show.
Jadi, begitulah saya, dengan pekerjaan baru, pertunjukan baru, theme song baru, bahkan nama baru. Berita datang pukul sembilan, dan saya duduk di dalam studio, diiringi Swingin” Down the Lane, siap menyiarkan The Larry King Show kepada pendengar. Mulut saya serasa seperti kapas. Sebagai teknisi (seperti halnya di stasiun radio kecil), saya memulai theme song itu. Musik mulai. Lalu saya lirihkan perlahan agar saya bisa mulai berbicara. Tetapi tidak ada yang keluar.  Lalu saya keraskan lagi musiknya dan saya lirihkan lagi. Tetap saja tidak ada kata yang keluar dari mulut saya. Sampai tiga kali. Satu-satunya yang didengarkan para pendengar saya adalah rekaman lagu yang volumenya naik-turun, tanpa diikuti suara manusia.
bicara-satu-satuSaya masih ingat saat berkata pada diri saya bahwa saya salah, saya cuma seorang pembual jalanan, tapi tidak siap melakukannya secara profesional. Saya tahu saya suka jenis pekerjaan ini, tapi jelas saya tidak siap untuknya. Saya tidak mempunyai keberanian untuk melakukannya. Akhirnya, Marshall Simmonds, orang yang telah begitu baik memberi saya kesempatan yang hebat, marah besar, semarah-marahnya seorang manajer. Ia menendang pintu ruang kontrol sampai terbuka dan mengucapkan tiga kata kepada saya, keras dan jelas, “Ini bisnis komunikasi!” Kemudian ia berbalik dan pergi sambil membanting pintu.
Saya langsung menghadap ke mikrofon dan mengucapkan kata-kata pertama saya sebagai penyiar, “Selamat pagi. Ini hari pertama saya di radio. Saya sudah lama ingin mengudara. Saya telah berlatih sepanjang akhir minggu. Lima belas menit lalu mereka memberi saya nama baru. Saya telah membawa sebuah theme song yang siap diputar, tapi mulut saya kering. Saya gugup. General manager baru saja menendang pintu dan berkata, “Ini bisnis komunikasi.’” Setelah mengucapkan sesuatu, saya jadi lebih yakin untuk memulai. Saya jadi mampu berbicara, dan pertunjukan selanjutnya berjalan lancar. Itulah awal karier saya dalam berbicara. Saya tidak pernah gugup lagi di radio.
KEJUJURAN
Kejujuran. Memulai pembicaraan dengan lawan bicara, ada baiknya diawali dengan niat jujur terhadap lawan bicara. Berbicara ada adanya dan berusaha menempatkan diri kita sebagai lawan bicara Anda tersebut. Hal ini akan membuat kita tenang dan tidak gugup, yang mana akan berefek kepada mutu pembicaraan Anda selanjutnya. Misalnya, “Terus terang saya memang sering agak canggung berbicara dengan seseorang yang berwawasan luas seperti Anda”. Dengan ‘kejujuran’ tersebut, Anda akan merasa lega apabila nanti ditengah pembicaraan anda tergugup, tidak memahamiapa yang disampaikan lawan bicara Anda, karena secara psikologi Anda akan merasa “Ah, toh dia sudah tahu kemampuan saya” and di lain sisi, dia akan memaklumi hal tersebut.
Satu hal yang saya pelajari mengenai berbicara, pagi itu di Miami Beach: Entah Anda mengudara atau tidak: Jujurlah. Anda tidak akan salah, dalam dunia kepenyiaran atau bidang-bidang bicara apa pun. Arthur Godfrey mengatakan hal yang sama pada saya tentang cara menjadi penyiar yang berhasil: Biarkan para pendengar dan penonton merasakan pengalaman-pengalaman dan perasaan Anda.
Ketika saya membuat debut sebagai pembawa talk show, di Miami juga, saya mempunyai pengalaman yang sama. Itulah kedua kalinya saya gugup di udara, selain pengalaman pertama di radio dulu. Saya belum pernah tampil di televisi sebelumnya, dan saya merasa gugup. Produser menyuruh saya duduk di kursi putar. Kesalahan besar. Karena gugup, saya memutar-mutar kursi ke kiri dan ke kanan, dan setiap penonton di sana dapat melihatnya.
bicara-satu-satuIni benar-benar menggelikan, lalu saya gunakan insting saya. Saya letakkan para penonton di posisi saya. Saya beritahu mereka saya gugup. Saya katakan saya telah di radio selama tiga tahun, tapi ini pertama kalinya saya di televisi. Dan seseorang menyuruh saya duduk di kursi putar ini. Jadi, sekarang semua orang sudah tahu situasi saya, dan saya tidak gugup lagi. Saya lebih enak berbicara, dan lebih berhasil di malam pertama saya di televisi, karena saya jujur kepada orang-orang yang saya ajak bicara. Kemudian seseorang bertanya pada saya, “Seandainya Anda berjalan-jalan di NBC News, lalu seseorang menggamit Anda dan menyuruh Anda duduk di kursi di dalam studio, menyodorkan setumpuk kertas pada Anda dan berkata, “Brokaw sakit. Kau yang mengudara,’ dan lampu dinyalakan. Apa yang akan Anda lakukan?”
Saya katakan saya akan benar-benar jujur. Saya akan menatap kamera dan berkata, “Saya sedang jalan-jalan di NBC ketika seseorang mengejutkan saya, menyodorkan kertas-kertas ini, dan berkata, ‘Brokaw sakit. Kau yang mengudara’.”
Kalau saya berkata demikian, semua pemirsa akan tahu saya belum pernah membawakan berita, saya tidak tahu apa yang terjadi, saya membaca sesatu yang asing bagi saya, saya tidak tahu kamera mana yang harus dilihat. Sekarang semua pemirsa berada di posisi saya. Mereka bisa memahami saya. Mereka tahu saya jujur kepada mereka, dan saya akan berusaha sebaik-baiknya untuk mereka.
Saya berhasil berkomunikasi dengan mereka, bukan hanya mengenai apa yang saya komunikasikan, tapi juga dilema yang saya hadapi. Sekarang saya dalam posisi yang lebih baik terhadap mereka daripada seandainya saya berusaha mengingkarinya. Sebaliknya, jika saya dapat tampil percaya diri, segalanya berlangsung lancar, dan saya mampu mengkomunikasikan ini kepada pemirsa saya, saya mengajak mereka bersama-sama saya untuk alasan yang sama – saya menjadikan mereka bagian dari pengalaman saya.
Sumber: Seni Berbicara kepada siapa saja, kapan saja, dimana saja. Author: Larry King

SIKAP YANG BENAR
Sikap Yang Benar. Kemauan untuk berbicara/bercakap-cakap, meski merasa tidak nyaman untuk pertama kali merupakan unsur dasar untuk menjadi pembicara yang baik. Semakin tinggi jam terbang Anda dalam hal percakapan, maka kemampuan berbicara anda juga akan semakin meningkat. Karena anda akan semakin banyak mengenal tipe-tipe lawan bicara anda, sehingga akan dengan mudah dalam menentukan gaya pembicaraan.
MINAT TERHADAP ORANG LAIN
bicara-satu-satuMinat Terhadap Orang Lain. Kunci lain percakapan yang berhasil adalah menjadi pendengar yang baik. Hargailah apapun keahlian/kelebihan mereka tanpa melihat status dibelakangnya, karena mereka akan dapatmembedakan apakah Anda menghargai mereka atau tidak
KETERBUKAAN TERHADAP ORANG LAIN
Keterbukaan merupakan suatu hal yang dibutuhkan dalam menjalin komunikasi yang baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun berumah tangga. Komunikasi yang baik adalah awal untuk menciptakan keadaan yang seimbang, selaras, dan rukun. Keterbukaan adalah hal yang baik untuk di tanamkan dalam diri sendiri dalam menjalin komunikasi dimanapun.
Bahasa Tubuh. Menggerakan tangan untuk memperjelas konten bahan pembicaraan Anda atau bersidekap dan memasukan tangan dalam saku ketika mendengarkan pembicaraan lawan bicara, dapat mendukung suasana percakapan dan enampilkan kesan Anda adalah orang yang ekspresi, menarik dan smart Kontak Mata. Kontak mata dalam suatu percakapan memang tidak terlalu dominan, mengingat masing-masing negara memiliki budaya lain dalam hal kontak mata. Namun alangkah baiknya ketika berbicara kita bisa menempatkan diri dengan baik dalam hal kontak mata. Di Indonesia, berbicara dengan orang yang lebih tua, sebaiknya tidak terlalu sering langsung menatap mata lawan bicara Anda karena akan berkesan kurang sopan. Berbicara dengan lawan jenis, sebaiknya lebih sering melakukan kontak mata karena hal ini menunjukan ketertaikan anda dan penghargaan Anda terhadap lawan bicara Anda
Senyum. Senyum adalah bahasa universal yang dapat dipahami semua orang di muka bumi ini. Untuk itu sisipkanlah senyum baik ketika bercakap maupun keitika mendengarkan lawan bicara anda berbicara. Hal ini ibaratnya, akan memberikan ‘bumbu’ dalam percakapan Anda, sehingga tidak berkesan datar, kaku dan membosankan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar