
· 1. Kejujuran
2. Sikap yang benar 3. Minat terhadap orang lain
·
4. Membuka
diri sendiri

Tidak ada yang mengatakan
Harry Truman sebagai orator ulung, tapi banyak yang mengganggapnya presiden
hebat. Ia adalah pembicara yag baik dalam urusan politik. Ia bukan pembicara
yang memikat, tetapi merupakan komunikator yang baik, karena ia berusaha agar
pembicaranya mudah dipahami. Ia tidak teoritis, tetapi mampu meluncurkan
gagasan yang jelas dan langsung.
Tetapi kebanyakan
yang paling penting untuk kita adalah mengefektifkan percakapan sehari-hari,
entah dalam kehidupan sehari-hari, atau di ruang publik.
Tak ubahnya seorang
pembelajar yang mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda. Berbicarapun sama,
seseorang mempunyai gaya berbicara sendiri-sendiri. Seseorang dapat menilai dan
memberikan gambaran bahwa gaya bicara orang berbeda-beda, tetapi masing-masing mempunyai
karakteristik tersendiri, dan mengomentari apakah gaya berbicaranya cocok atau
tidak dengan vocal pembicara. Berbicara adalah hal yang simple sebenarnya
berbicara menggunakan otak, lakukan dengan enjoy, mengikuti zaman, jangan
berpikir negatif, mengembangkan unsur-unsur yang ada seperti warna suara,
penyampaian, dan penampilan (performance), dan sikap komunikator.

Berbicara itu seperti
bermain golf, mengendarai mobil, atau mengelola toko – semakin sering melakukannya,
semakin mahir Anda jadinya, dan semakin senang Anda melakukannya. Tetapi Anda
harus mengetahui dasar-dasarnya terlebih dulu.
Saya beruntung telah
mencapai suatu tingkat keberhasilan dalam berbicara. Barangkali saat membaca
buku ini, Anda akan berpikir dalam hati, “Oh, jelas – dia dapat
mengatakan berbicara itu menyenangkan. Dia senang melakukannya.”
Memang benar,
berbicara merupakan bakat alami bagi saya, tapi bukankah mereka yang mempunyai
kemampuan alami untuk suatu hal pun harus berusaha mengembangkannya? Yaitu
mengubah bakat menjadi keahlian. Ted Williams, pemukul bisbol terbesar yang
dikarunia bakat alami lebih daripada siapa pun, mati-matian berlatih seperti
orang-orang lain. Luciano Pavarotti dilahirkan dengan suara indah, tetapi ia tetap
belajar menyanyi.
Saya mempunyai satu
bakat alami, dan kecenderungan, untuk berbicara. Tetapi saya pernah mengalami
begitu banyak kejadian di mana berbicara tidaklah mudah.
DEBUT SAYA YANG GAGAL
Kalau Anda pernah
menikmati sebuah stasiun radio di Miami Beach 37 tahun yang lalu dan menjadi
saksi hari pertama saya siaran, Anda akan keheranan bahwa saya bisa bertahan,
dan cukup berhasil, sebagai pembicara profesional.
Itu terjadi di
stasiun WAHR, sebuah stasiun kecil berseberangan dengan kantor polisi, di First
Street, dekat Washington, di pagi hari tanggal 1 Mei 1957. Tiga minggu saya
berada di sana, berputar-putar, berharap dapat masuk ke dunia radio impian
saya. General manager stasiun itu, Marshall Simmonds, mengatakan ia
menyukai suara saya (padahal kata orang lain saya tidak dapat mengandalkannya),
tapi ia tidak mempunyai lowongan. Saya tidak menjadi kecil hati. Saya bertekad
akan mempergunakan kans saya, dan itu saya katakan padanya. Katanya boleh saja.
Kalau saya masih berminat, saya akan mendapat pekerjaan begitu ada lowongan. Saya
baru saja keluar dari Brooklyn, dan saya dapat tinggal bersama paman saya Jack
dan istrinya di sebuah apartemen kecil dekat stasiun itu, sambil menunggu
kesempatan. Saya tidak mempunyai uang, sekadar berteduh di rumah paman saya
saja. Setiap hari saya datang ke stasiun itu, mengamati para disc jockey (DJ)
yang sedang siaran, penyiar yang membacakan berita, dan penyiar olahraga yang
memberikan hasil-hasil pertandingan olahraga. 

Saya
perhatikan dengan penuh kekaguman kisah-kisah langsung dari AP (American
Press) dan UPI (United Press International). Saya tulis beberapa
cerita pende, berharap seseorang mau mengudarakannya. Tiba-tiba, setelah tiga
minggu, seorang DJ yang bertugas pagi hari keluar. Marshall memanggil saya ke
kantornya di hari Jumat, dan memberitahu bahwa saya mendapat pekerjaan, mulai
Senin pagi jam sembilan. Saya memperoleh lim puluh lima dolar seminggu. Saya
mengudara dari jam sembilan sampai sore, Senin sampai Jumat. Sore hari saya
mengerjakan siaran berita dan siaran olahraga sampai selesai jam lima. Mimpi
saya menjadi kenyataan! Tidak hanya bekerja di radio – saya akan mengudara
selama tiga jam setiap pagi, plus setengah lusin kali atau lebih di sore
harinya. Saya akan mengudara sesering Arthur Godfrey, superstar CBS itu.
Saya
tidak tidur sepanjang akhir minggu itu. Saya terus melatih kata-kata yang akan
saya ucapkan di radio. Jam delapan tiga puluh di hari pertama saya, saya
seperti keranjang basket. Saya minum kopi dan air untuk mulut dan kerongkongan
saya yang kekeringan. Saya membawa rekaman theme song saya, Swingin’
Down the Lane-nya Les Elgart, siap memasangnya begitu saya masuk ke studio.
Saat itu saya semakin gugup saja. Kemudian Marshall Simmonds memanggil saya ke
kantornya untuk memberikan ucapan selamat. Setelah saya mengucapkan terima
kasih kepadanya, ia bertanya, “Nama apa yang akan kaupakai?”
Kata saya, “Apa
maksud Anda?”
“Yah, kau tidak dapat
memakai Larry Zeiger. Ini soal etnik. Orang tidak akan dapat mengeja atau
mengingatnya. Kau perlu nama yang bagus. Kau tidak akan memakai Larry Zieger.”
Ia membuka Miami
Herald di mejanya. Di situ ada sehalaman penuh King’s Wholesale Liquors.
Marshall menunduk, lalu berkata, “Bagaimana jika Larry King?”
“Oke.”
“Baiklah. Itulah
namamu – Larry King. Kau membawakan The Larry King Show.“
Jadi,
begitulah saya, dengan pekerjaan baru, pertunjukan baru, theme song baru,
bahkan nama baru. Berita datang pukul sembilan, dan saya duduk di dalam studio,
diiringi Swingin” Down the Lane, siap menyiarkan The Larry King Show kepada
pendengar. Mulut saya serasa seperti kapas. Sebagai teknisi (seperti halnya di
stasiun radio kecil), saya memulai theme song itu. Musik mulai. Lalu
saya lirihkan perlahan agar saya bisa mulai berbicara. Tetapi tidak ada yang
keluar. Lalu saya keraskan lagi musiknya dan saya
lirihkan lagi. Tetap saja tidak ada kata yang keluar dari mulut saya. Sampai
tiga kali. Satu-satunya yang didengarkan para pendengar saya adalah rekaman
lagu yang volumenya naik-turun, tanpa diikuti suara manusia.

Saya
langsung menghadap ke mikrofon dan mengucapkan kata-kata pertama saya sebagai
penyiar, “Selamat pagi. Ini hari pertama saya di radio. Saya sudah lama ingin
mengudara. Saya telah berlatih sepanjang akhir minggu. Lima belas menit lalu
mereka memberi saya nama baru. Saya telah membawa sebuah theme song yang
siap diputar, tapi mulut saya kering. Saya gugup. General manager baru
saja menendang pintu dan berkata, “Ini bisnis komunikasi.’” Setelah mengucapkan
sesuatu, saya jadi lebih yakin untuk memulai. Saya jadi mampu berbicara, dan
pertunjukan selanjutnya berjalan lancar. Itulah awal karier saya dalam
berbicara. Saya tidak pernah gugup lagi di radio.
KEJUJURAN
Kejujuran. Memulai pembicaraan
dengan lawan bicara, ada baiknya diawali dengan niat jujur terhadap lawan
bicara. Berbicara ada adanya dan berusaha menempatkan diri kita sebagai lawan
bicara Anda tersebut. Hal ini akan membuat kita tenang dan tidak gugup, yang
mana akan berefek kepada mutu pembicaraan Anda selanjutnya. Misalnya, “Terus
terang saya memang sering agak canggung berbicara dengan seseorang yang
berwawasan luas seperti Anda”. Dengan ‘kejujuran’ tersebut, Anda akan merasa
lega apabila nanti ditengah pembicaraan anda tergugup, tidak memahamiapa yang
disampaikan lawan bicara Anda, karena secara psikologi Anda akan merasa “Ah,
toh dia sudah tahu kemampuan saya” and di lain sisi, dia akan memaklumi hal
tersebut.
Satu
hal yang saya pelajari mengenai berbicara, pagi itu di Miami Beach: Entah Anda
mengudara atau tidak: Jujurlah. Anda tidak akan salah, dalam dunia kepenyiaran
atau bidang-bidang bicara apa pun. Arthur Godfrey mengatakan hal yang sama pada
saya tentang cara menjadi penyiar yang berhasil: Biarkan para pendengar dan penonton
merasakan pengalaman-pengalaman dan perasaan Anda.
Ketika
saya membuat debut sebagai pembawa talk show, di Miami juga, saya
mempunyai pengalaman yang sama. Itulah kedua kalinya saya gugup di udara,
selain pengalaman pertama di radio dulu. Saya belum pernah tampil di televisi
sebelumnya, dan saya merasa gugup. Produser menyuruh saya duduk di kursi putar.
Kesalahan besar. Karena gugup, saya memutar-mutar kursi ke kiri dan ke kanan,
dan setiap penonton di sana dapat melihatnya.

Saya katakan saya
akan benar-benar jujur. Saya akan menatap kamera dan berkata, “Saya sedang
jalan-jalan di NBC ketika seseorang mengejutkan saya, menyodorkan kertas-kertas
ini, dan berkata, ‘Brokaw sakit. Kau yang mengudara’.”
Kalau saya berkata
demikian, semua pemirsa akan tahu saya belum pernah membawakan berita, saya
tidak tahu apa yang terjadi, saya membaca sesatu yang asing bagi saya, saya
tidak tahu kamera mana yang harus dilihat. Sekarang semua pemirsa berada di
posisi saya. Mereka bisa memahami saya. Mereka tahu saya jujur kepada mereka,
dan saya akan berusaha sebaik-baiknya untuk mereka.
Saya berhasil
berkomunikasi dengan mereka, bukan hanya mengenai apa yang saya komunikasikan,
tapi juga dilema yang saya hadapi. Sekarang saya dalam posisi yang lebih baik
terhadap mereka daripada seandainya saya berusaha mengingkarinya. Sebaliknya,
jika saya dapat tampil percaya diri, segalanya berlangsung lancar, dan saya
mampu mengkomunikasikan ini kepada pemirsa saya, saya mengajak mereka
bersama-sama saya untuk alasan yang sama – saya menjadikan mereka bagian dari
pengalaman saya.
Sumber: Seni
Berbicara kepada siapa saja, kapan saja, dimana saja. Author: Larry King
SIKAP YANG BENAR
Sikap Yang Benar. Kemauan untuk
berbicara/bercakap-cakap, meski merasa tidak nyaman untuk pertama kali
merupakan unsur dasar untuk menjadi pembicara yang baik. Semakin tinggi jam
terbang Anda dalam hal percakapan, maka kemampuan berbicara anda juga akan
semakin meningkat. Karena anda akan semakin banyak mengenal tipe-tipe lawan
bicara anda, sehingga akan dengan mudah dalam menentukan gaya pembicaraan.
MINAT TERHADAP ORANG
LAIN

KETERBUKAAN TERHADAP
ORANG LAIN
Keterbukaan merupakan suatu hal yang dibutuhkan dalam
menjalin komunikasi yang baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun berumah
tangga. Komunikasi yang baik adalah awal untuk menciptakan keadaan yang
seimbang, selaras, dan rukun. Keterbukaan adalah hal yang baik untuk di
tanamkan dalam diri sendiri dalam menjalin komunikasi dimanapun.
Bahasa Tubuh. Menggerakan tangan
untuk memperjelas konten bahan pembicaraan Anda atau bersidekap dan memasukan
tangan dalam saku ketika mendengarkan pembicaraan lawan bicara, dapat mendukung
suasana percakapan dan enampilkan kesan Anda adalah orang yang ekspresi,
menarik dan smart Kontak Mata.
Kontak mata dalam suatu percakapan memang tidak terlalu dominan, mengingat
masing-masing negara memiliki budaya lain dalam hal kontak mata. Namun alangkah
baiknya ketika berbicara kita bisa menempatkan diri dengan baik dalam hal
kontak mata. Di Indonesia, berbicara dengan orang yang lebih tua, sebaiknya
tidak terlalu sering langsung menatap mata lawan bicara Anda karena akan
berkesan kurang sopan. Berbicara dengan lawan jenis, sebaiknya lebih sering
melakukan kontak mata karena hal ini menunjukan ketertaikan anda dan
penghargaan Anda terhadap lawan bicara Anda
Senyum. Senyum adalah bahasa universal yang
dapat dipahami semua orang di muka bumi ini. Untuk itu sisipkanlah senyum baik
ketika bercakap maupun keitika mendengarkan lawan bicara anda berbicara. Hal
ini ibaratnya, akan memberikan ‘bumbu’ dalam percakapan Anda, sehingga tidak
berkesan datar, kaku dan membosankan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar